TRADISI MEUGANG: NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT ACEH DALAM MENYAMBUT RAMADHAN DAN DUA HARI RAYA UMAT ISLAM

Abstract

Dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh, adat dan syariat Islam saling terintegrasi, sebagaimana ungkapan lagee zat ngoen sifeut (seperti zat dan sifat). Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh saat ini adalah ”meugang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi meugang dan upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan tradisi meugang agar masyarakat kurang mampu tidak merasa terbebani. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini dilakukan pada  bulan April 2024-Maret 2025. Pengambilan data dilakukan melalui teknik non-probability sampling, untuk mengeksplorasi pemahaman mendalam  dan fenomena yang terjadi dalam tradisi meugang. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah pengumpulan data, pemilahan data, reduksi data, penarikan kesimpulan dilakukan uji kredibilitas data melalui triangulasi. Hasil penelitian memberikan sebuah kesimpulan bahwa tradisi meugang mengandung nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai pendidikan, dan nilai pengembangan ekonomi. Nilai-nilai tersebut selaras dengan keyakinan, kebiasaan hidup, tatacara sosial dan qanun yang berlaku bagi masyarakat Aceh. Tradisi meugang sebenarnya memiliki beberapa permasalahan seperti tingginya harga daging dan kebutuhan pokok lainnya sejak beberapa hari sebelum ritual tradisi sampai puncak meugang. Kondisi ini dapat membebani masyarakat kurang mampu. Namun permasalahan tersebut telah diupayakan solusinya  oleh pihak-pihak yang berwenang yaitu pemerintah, perusahaan yang ada di Aceh maupun masyarakat Aceh sendiri.Tradisi meugang menjadi salah satu cara memupuk dan mempererat ikatan persaudaraan masyarakat Aceh, menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, serta menjaga kelestarian tradisi dan identitas Aceh. Masyarakat Aceh dimanapun berada turut menjaga tradisi ini dalam kebersamaan masyarakat Aceh serantau.